Di suatu
hari yang panas
berangsur-angsur menjadi dingin.
Terlihat lah dari
sebelah barat langit
pun menjadi merah
kuning rupanya, burung-burung
berterbangan berkumpul di suatu
pohong yang rimbun
di bukit dekat
Sipirok. Kota Sipirok
itu adalah kota yang
lebih besar dari
kampong atau dusun
letak Sipirok berada di
Tapanuli ( yang sebenarnya berasal dari
Tapian na Uli ) yang artinya
Tepian yang Elok.
Letak nya dataran tinggi yang
terdapat Bukit Barisan yang membujur
di sepanjang Pulau Sumatra.
Di atas batu
besar (tempat biasa Riam
menunggu Udin) duduklah seorang yang bernama Meriami atau Riam
sapaan akrab nya.
Ketika sore itu
Aminudin pun datang
menyapa Riam karna ia sedang
termenung terkejut lah ia dengan kedatangan
Udin. Mereka adalah Dua
sahabat lama dari kecil bersama
berbagi suka dan duka
maka dengan itu
mereka saling mencintai
satu sama lainnya
namun Udin berpamitan kepada Riam bahwa ia akan
pergi merantau ke Deli
untuk mencari pekerjaan. Mereka berdua duduk
di atas batu besar
itu pun termenung
berdua dengan wajah
dan hati yang
sedih begitupun Riam ia
tidak bisa menerima
keadaan dengan harus
di tinggalkan oleh Udin
orang yang di sayangi nya sejak
lama. Terdengar suara seduan
Riam yang sangat
sedih Udin pun
dapat merasakan kesedihan yang di
alami Riam bercucuran
lah air mata
di pipinya itu. Mereka saling duduk
berhadapan dengan wajah
yang pilu dan
sedih karna tidak bisa
menerima kenyataan bahwa mereka
akan berpisah sekian lama
mereka bersama. Tak terasa adzan isya
pun telah berkumandang mereka berdua
kaget ternyata lama sekali mereka
bersama di atas
batu besar itu
lalu Riam minta
ijin untuk pulang karna
kwatir terjadi apa-apa terhadap ibunya yang
sedang sakit. Mereka
pun berpisah dengan tampang
pilu dan sedih ke
rumah masing-masing.
Ketika pulang Riam
langsung menanyakan kabar ibunya
ternyata penyakit ibunya semakin membaik dan itu
lah yang membuat hati Riam
senang. Ibunya menyuruh
Riam untuk memanggil adiknya agar dia tidak
main di luar
karna hari sudah
malam dan ternyata adiknya sedang memasak sayur-sayuran di dapur
untuk ibunya. Adiknya pun menemani ibunya yang
sedang terbaring di atas
tikar dan menyuruh
agar ibunya segera
makan masakan yang telah
ia masak di
dapur lalu ibunya
memakan sayur itu dan
ternyata ibunya sangat
suka dengan masakan nya lalu hati
adik pun sangat senang. Terlintas dalam hati
ibu betapa sengsara nya mereka
kali ini tak
seperti dulu mereka adalah tergolong keluarga kaya namun
karna keyakinan dan kepercayaan
kepada Allah mereka kuat sampai
saat ini. Selesai makan ibu
dan Adik pun tidur kemudian
ibu pun menyuruh Riam agar
segera kekamarnya untuk tidur.
Riam pun merebah kan badan nya di atas tikar
tempat tidur nya.
Mungkin tadi Riam
bisa menyembunyikan perasaaan nya yang
sedang pilu namun
sekarang Riam sudah tak
bisa lagi membendung air mata
sedih yang bercucuran di pipinya
dengan menatap sebuah lampu
Riam berpikir kenapakah hidup nya semakin
menderita seperti ini sudah
lah keluarga nya jatuh
miskin kini Riam
harus mau menerima kenyataan di tinggalkan
oleh udin orang yang
selalu bersama nya sejak dulu. Malam sangat
sunyi namun langit berubah menjadi hitam gelap hujan pun turun
dengan sangat deras
tinggalah Riam di balik bilik
kamar dengan hati yang
sedih sekali. Riam duduk di
atas tikar karna bantal nya
terbasahi air mata
nya. Malam pun semakin larut namun
Riam masih termenung sedih ibunya mendengar
ada tangisan dalam kamar
anak nya itu lalu
ibunya menengok ke kamar ternyata Riam sedang menangis tersedu-sedu. Lalu ibunya bertanya pada Riam
tentang apa yang
membuat nya sedih seperti
ini Riam pun kaget
ada suara di balik
pintu kamar nya
ternyata terlihat ibunya Riam
pun langsung membelakangi ibunya lalu menghapus air mata nya.
Lalu Riam langsung memeluk ibunya dengan
terang-terangan ia menceritakan
semua masalah yang ia
hadapi. Ibu menasihati Riam dengan penuh
kelembutan Riam yang penurut itu pun
akhirnya menerima semua nasihat
ibunya lalu membawa ibunya kembali
kekamar.
Sejak itu hujan deras
pun berhenti dengan rintik-rintik dan angin yang kencang tadipun berubah menjadi angin yang
lebut menenangkan. Di dalam
rumah bilik kecil itu pun sekarang sudah sunyi, karena
semua sudah diam, Masing-masing sudah tidur dengan
nyenyak tinggallah sebuah lampu kecil yang terpasang
di tepi dinging bilik yang
masih menyala dan cahayanya
suram itu mencoba
melawan dan mengusir
kekuatan dewi malam
yang memerintahkan alam ini.
Di daerah
Sopirok, terdapat sebuah
kampung, yaitu kampung
A, Aminuddin lahir
dan tinggal. Orangtuanya
Aminuddin adalah orang
terkenal seantero Sipirok.
Ibu Aminuddin adalah
adik Sultan Beringin,
yang juga bangsawan
dari Sipirok. Akan
tetapi, sekarang Sultan
Baringin sudah jatuh
miskin. Sultan Baringin
mempunyai anak, Mariamin.
Aminuddin dan Mariamin
sangat akrab dari
dahulu
Mariamin yang
dalam keadaan ketakutan
dihibir oleh Aminnuddin
, supaya melupakan yang ditakutinya.
Aminuddin
menceritakan penciri kayu
perempuan yang merasa
cemburu akan pekerjaan pencari kayu
laki-laki tua yang
lebih banyak mendapatkan
uang dari pencari
kayu perempuan.
Suatu hari
perempuan tua pencari
kayu itu berubah
menjadi laki-laki yang
kuat dan hatinya
merasa senang dan
beruntung.
Berbulan-bulan laki-laki itu
belum menjadi kaya.
Karena itu ia
pun kawinlah.dua tahun kebelakang
lahirlah anaknya dan
barulah ai merasakan
betapa beratnya tanggungan bapak yang
harus memelihara anak
dan istri serta
keperluan sehari-hari.
Sipencari kayu
yang berubah menjadi
laki-laki itu menjadi
syirik dengan kehidupan
sau dagar-saudagar kaya,
kemudian malaikat jibril
turun dan mengubah
kembali laki-laki itu
menjadi kaya dengan
itu ai tidak
usah bersusah payah,
setiap hari dapat
berkumpul dengan anak
dan istrinya. Kemudian
saudagar kaya ingin
namanya masyur dan
dia mengiginkan menjadi
panglima besar. Maka
saudagar itu tak
susah lagi bersusah
hati. Rumahnya besar
dan bagus anak
dan istrinya dilayani
dayang-dayang elok rupanya.
Karna merasa tidak
puas juga ia
ingin menjadi seorang
maka merasa sempurnalah
hidupnya dan jadilah
raja baru.
Setelah menjadi
raja dan mendapatkan
sagalanya raja itu
pun masih merasa
tidak puas. Itulah
cerita aminuddin yang
menceritakan tukang kayu
perempuan.
Aminuddin bercetita
lagi tentang seorang
raja yang tabiatnya
buruk dan merasa
kuat pergi berburu
raja itu pun
tersesat kelembah disana
ia bertemu pengembala
yang baik hati
dan raja itu
pun tersesat kelembah
disana ia bertemu
pengembala yang baik
hati dan raja
itu pun mengambil
pengalaman dari sipengmbala
itu dan akhirnya
raja itu bahagia
dan menjadi baik
hati.
Aminuddin pun
berkata-kata lagi dengan maksud supaya mariamin
tidak ketakutan lagi.
Sejak mengalami kecelakaan
ariamin selalu mersa
berhutang nyawa kepada
kakanya yang telah
mengorbankan nyawanya sendiri
untuk keselamatannya.
Orang tua
Sutan Baringin termasuk
golongan orang yang
kaya diantara penduduk
Sipirok. Ia anak
laki-laki satu-satunya, karena
itulah ia sangat
manja dan nakal
pada waktu ia
masih kecil. Meskipun
ia salah atau
kelakuannya tidak baik,
jarang sekali ia dimarahi apalagi kena pukul.
Tohir, demikianlah nama anak
itu pada waktu
kecilnya. Tohir selalu menjadi
pokok pertengakarang diantara ayah dan
ibunya dan ia tidak mendapat
didikan yang baik,
ini karena ibunya
yang terlalu memanjakan Tohir.
Setelah
Tohir besar, ia
berkelakuan tidak baik.
Setelah bapaknya meninggal dunia, ibu
Sutan Baringin akan menjodohkan
Sutan Baringin kepada Naria.
2 bulan setelah
Sutan Baringin menikah, ibunya pun meninggal
dunia.
Naria
tahu, bahwa suaminya
tidak memiliki rasa cinta
padanya, tetapi ia
tetap berusaha membuat benih cinta
itu pada suaminya.
Padahal dulu suaminya
selalu bertandang
kerumahnya dan selalu bercakap-cakap
dengannya, tetapi benih
cinta sepertinya tidak ada
apa suaminya itu. Apalagi
orang tua Naria
tidak setuju dengan
hubungan mereka. Tapi apa
boleh buat pernikahan
sudah terjadi. Setelah beberapa lama meraka saling mengenal
dan berhubungan, benih cinta
itu tak ada
pada suaminya. Meskipun demikian, Naria tetap
menghibur suaminya meski harus
menyakitkan, karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Sempat dalam pikiran Naria untuk menceraikan suaminya Sutan Baringin, namun apadaya karena
peraturan disana sangat kokoh.
Setelah
beberapa Naria dan suaminya Sutan Baringin
berhubungan, tidak terjadi
anak-beranak. Namun lama-kelamaan
Naria pun melahirkan
2 anak, mereka adalah
Mariamin
dan
bungsu laki-laki berumur tiga bulan. Meskipun
mereka tak saling
mencintai, tapi mereka
hidup bahagia.
Sudah
lama dia tinggal dengan suaminya, sikap suaminya
semakin berubah. Naria takut jika ada
perceraian. Malam hari
Sutan Baringin selalu pergi
untuk bercakap dengan temannya yang kurang baik, Naria tahu tentang ha l itu. Setiap malam ia
menunggu kedatangan suaminya, Naria juga
selalu mengurus kedua anaknya. Sebenarnya Naria adalah
istri dan ibu yang setia dan penyabar.
Namun hal itu tidak menyadarkan Sutan Baringin.
Suatu
malam Naria bermimpi tentang kejadian yang aneh
menimpa suaminya, lalu ia pun terbangun dan
ketakutan. Kemudian ia mengambil air wudhu
dan sembahyang meminta pertolongan pada
Tuhan YME. Setelah kejadian
semalam ia pun lega dan
tidak cemas lagi.
Dia pun menghampiri anaknya dan membenarkan selimut anaknya sambil mencium
kening anaknya,
kemudian melanjutkan pekerjaannya di dapur.
Memang
berat penderitaan Naria, namun ia
tetap sabar. Dan
itulah sikap istri
dan ibu yang baik,
sabar dan setia.
Akan datang
Baginda Mulia sepupu
senenek Sutan
Baringin Membuat ia
kelabakan. Dengan Datangnya
sepucuk surat yang
berisi tentang niatnya
untuk kembali lagi
kekampung halaman setelah
merantau dari Deli.
Sultan baringin tidak
menginginkan kedatang baginda
mulia dan membuat
siasat agar baginda
mulia tidak jadi
datang kekampung halaman.
padahal istrinya sutan
baringin sangat senang
dengan hal itu. Sutan
baringin tidak ingin
harta warisan neneknya itu jatuh ke tangan baginda mulia. Ketika
baginda mulia datang
sutan baringin menjalankan
siasatnya. Setelah
siasatnya dimulai,
ketahuanlah oleh baginda
mulia dan akhirnya
perebuttan harta warisan
dimulai. Baginda Mulia
mendatangi sutan baringin
meminta maaf tentang
Warisan ia berkata
“Adinda hanya menginginkan
beberapa barang saja
selebihnya terserah kakanda
saja”. Tapi sutan baringin
tidak ingin harta
warisan itu diambil
sedikitpun oleh baginda
mulia. Akhirnya perebutan
harta itu sangat
sengit sampai tak
terpikir harta warisan
neneknya itu sutan
baringin pakai untuk
melaksanakan siasatnya. Siasat
demi siasat ia
gunakan hingga akhirnya
ia jatuh melarat.
Sutan baringin
telah tidak meninggalkan
ibu dan kedua
anaknya. Harta habis,
kesengsaraan pun menimpa
ibu dan kedua
anaknya itu. Namun
ibu adalah perempuan
yang sabar dan
keras hati, beban
itu dipikulnya dengan
pikiran yang tenang.
Karena suaminya
sudah tiada, harta
benda pun tiada
yang tinggal. Terpaksalah
ibu membanting tulang
untuk menghadapi keluarganya
dengan mrnjadi buruh
tani. Aminudin yang
sedang merantau mengirim
surat untuk mariamin.
Didalam surat itu
tertulis bahwa aminudin
telah mendapatkan pekerjaan
dideli. Mariamin pun
sangat senang. Aminudin
mengirimkan surat kepadanya
karena sudah tiga
bulan tidak mendengar
kabar dari kekasihnya
itu dan mariamin
senag karena aminudin
telah mendapatkan pekerjaan,
mariamin pun membalas
surat kekasihnya itu.
Suatu hari
aminudin ingin menikah, aminudin pun
memberitahu ibu dan
bapaknya, orang tuanya merespon
positif permintaan aminudin
itu karena aminudin
sudah cukup umur
dan pekerjaan, orang
tua aminudin pun
mencarikan aminudin jodoh,
bapak aminudin ingin
menjodohkan aminudin dengan
anak sutan baringin
yaitu matiamin. Tetapi setelah
mengetahui mariamin jatuh
miskin bapaknya pun
mengrungkan niatnya untuk
menjodohkan aminudin dengan
mariamin, tetapi ibu
dan aminudin bersih
jeras inigin menjodohkan
aminudin dengan mariamin.
Akhirnya bapak aminudin
pun setuju.
Orang tua
aminudin pun pergi
ke dikun untuk
mengetahui cocok atau
tidak dengan mariamin. Kata
dukun itu awalnya
mereka berunung setelah
pernikahan tetapi setelah
dua tahun lahirlah
seorang anak laki-laki
dan ketika anak
itu berumur tujuh
tahun ayahandanya meninggal,
istrinya pun dengan
hati kesal karena
yang diinginkannya yaitu
anaknya menikah dengan
mariamin tak jadi.
Sedangkan suaminya girang
hati karena kehendaknyalah yang
diturutin.
Dalam rumah
kecil dipinggri sungai
sipirok duduklah mariamin
menanti kedatangan bapaknya aminudin
tetapi tak kunung
datang, aminudin pun
mengrim surat kepada
mariamin yang berisi
permintaan maaf aminudin
karena ayahandanya tidak
mengizinkan aminudin menikahinya.
Aminudin pun
telah dijodohkan dengan
orang batak anak
kepala kampung, aminudin
pun merasa kesal
dan kecewa karena
wanita idamanya hanya
mariamin. Tak dapat disangkal
lagi aminudin menuruti
perkataan ayahnya itu
karena malu orangtuanya
jika gadis itu
ikembalikan ke orangtuanya.
Orangtua aminudin harus
memberi nasi bungkus
kerumah ibu mariamin
sebagai permintaan maaf
karena aminudin telah
berjanji ke mariamin
bahwa ia akan menikahinya.
Ibunda mariamin
mengininkan agar mariamin
menikah engan seorang
pria dari tanah padang
sidempuan yang bernama
kasibun. Ia adalah
anak orang kaya,
tempat ia makan gaji
dan pekerjaannya kerani.
Jika mariamin pandai
mendapatkan hati dan
dapat menikah dengan
kasibun. Hidup keluarga
mariamin tidak akan
sengsara lagi.
Bukit-bukit yang
berbaris dipulau samesir
itu sebagai tertutup
dengan beledu nampaknya
dari jauhi langit
yang tak berawan
itu adalah seperti
paying ubur-ubur, yang
terbuat daripada sutera
hijau, masing-masing melihat
layang-layangnya ke muka
air danau toba
yang jernih itu,
seolah-olah dua orag
bidadari yang berdiri
dimuka kaca besar,
akan mempersaksikan perasnya
yang elok. Bungan-bunga
yang berkembangan dipantai
laut timur, serta
cahaya embun yang
berhamburan dan rumput-rumput. Adalah
pada mata kita
sebagai halamn yang
permai, penuh dengan
intan permata. Pemandangan
yang permai itu
ditambahi suara alam
yang medu, sehinga
telinga kita pun
merasa kenikmatan dunia
ini.
Tengoklah perahu
yang diatas muka
air itu! Haluanya
terhadap ke utara,
dan ia baru
meninggalkan bagian ibu
negeri daerah toba
angin sedang berhembus
dari belakang, sehingga
perahu itu berlayar
dengan lajunya. Layar
pun terkembang semua,
sebagai sayap burubg
yang sedang melayang
diudara. Kalau dihampiri
perahu itu tentu
kedengaranlah suara orang
menumang yang bercakap-cakap dengan
riangnya.
Tetapi diantara
orang banyak itu
ada juga seorang perempuan
yang duduk bermura
durja. Meskipun ia
mencoba-coba menghilangkan duka citanya,
tak juga dapat
olehnya.
Siapakah perempuan
muda itu? Tak
lain ialah mariamin,
dan perahu itulah
yang membawa mereka
dengan kawannya seperjalana
ketiga-ras dari situ
berjalan darat kepematangsiantar, dan
kemudian terus kemedan.
Pada waktu itu
adalah susah berlayar
dari balige ketiga-ras,
karena kapal api
kecil belum ada.
Tempat
terjadinya kesengsaraan yang
dialami mariamin itu
pun hilang. Tak
terlihat lagi penduduk
sipirok. Entah kemana
mereka. Yang pasti
sekarang kampung itu
tinggal kenangan. Terlihat
disana hanyalah sawah,
ladang, dan kuburan.
Yang mana kuburan
itu tempat mariamin
beristirahat, dan menandakan
bahwa itu bukti
dari kesengsaraan yang
dialami sejak lama
bersama keluarganya.